Jangan Pernah Menyepelekan Bullying saat SD Efeknya Sampai Dewasa

PART 1

Tahun 2000an ketika aku SD istilah bullying itu hampir tidak ada, bahkan aku sadar istilah ini sekitar tahun 2010an keatas atau ketika masa sekolah SMA. Bullying dijaman SD dulu diperhatikan merupakan hal yang lumrah dikalangan anak-anak, orang tua dan juga guru menganggapnya "ahh namanya juga anak anak, nanti juga baikan lagi dan kembali bermain".

Menurutku tidak semudah itu, ingatan itu ternyata membekas hingga saat ini usia 30tahun. Perlakuan teman kepadaku dulu, sangat tergambar jelas dipikiran baik itu visual juga suaranya masih terbayang dan jujur membuatku sakit.

PERTAMA KALI MENDAPATKAN BULLYING

Tepatnya pada tahun 2002 saat itu aku kelas 2 SD, teman sekelas mungkin saja sudah menyadari perilaku dan gerak gerikku saat itu, ya aku tidak seperti anak laki-laki pada umumnya, bisa dibilang lebih feminim. Saat itu memang tidak sadar kalau perilaku ini berbeda, tetap menjalani sekolah seperti biasanya.

Satu persatu mulai memanggil bencong atau banci jika bercanda, mungkin bagi mereka itu hal yang biasa tapi menurutku itu sangat menyakiti perasaan, akupun ingin terlihat seperti yang lain menjalani kehidupan tanpa ada yang mengolok-olok.

Semakin hari, bulan dan tahun hingga kelas 5 SD semuanya terus saja mengolok-olok dengan perkataan seperti itu, apalagi kalau ada perkelahian sudah sangat pasti diteriaki BENCONG  dengan nada keras dan bahkan sampai beradu fisik.

Aku yang tidak bisa apa-apa lebih baik diam dan tidak melakukan apa-apa, bisa jadi jika dibalas dan sampai guru tahu, mungkin saja orang tuaku juga akan tahu, pada akhirnya aku juga yang menjadi sasaran kemarahan orang tua.

BULLYING DIANGGAP BERCANDA

Salah satu sikap bullying tidak pernah hilang itu karena mereka menganggap itu bercanda saja, tanpa memerhatikan perasaan orang lain. Ada orang yang bisa menerima candaan itu, namun ada juga orang yang menganggap candaan itu sikap yang menyakitkan sepertiku.

Bahkan hingga saat ini, aku bahkan sangat ingat siapa-siapa saja yang mengatakan "panggilan" itu, jujur masih sakit hingga saat ini, mungkin mereka sudah lupa apa yang terjadi dan apa yang dikatakannya, bagiku itu memori ingatan yang pahit hingga sampai saat ini mengetik postingan ini.

EFEKNYA DIMASA MENDATANG

Pernah puluhan kali untuk memikirkan bunuh diri, bahkan dari SMP pikiran itu selalu ada, namun apa daya niat tidak sebanding dengan keberanian. 

Tahun demi tahun tetap dijalani, ternyata tidak semudah itu, dari zaman SD hingga SMA masih saja ada yang menyebut panggilan itu, walaupun memang jumlah orang yang mengatakan itu tidak sebanyak ketika SD ataupun SMP. Mungkin di SMA pikiran anak-anak mulai terbuka dan mulai menghargai perasaan orang lain, tapi bukan berarti tidak ada.

Emosi menjadi tidak stabil pada akhirnya, berada dititik ketika ada orang yang membuat kesal dengan perkataan itu tidak segan dilayani, bahkan secara fisik pun pernah, saking muaknya dengan orang pelaku bullying.

Akhirnya menyadari bahwa sikap perlawan itu justru membuat mental semakin drop, kini hanya membiarkan orang-orang pelaku bulying ini dengan sikapnya dan dijauhi. Semakin aku menerima perkataan mereka, semakin aku terpuruk. Namun jika aku jauhi dan mengganggap mereka tidak ada, itu membuat perasaanku tenang seolah tidak pernah ada orang seperti itu. Prinsip seperti itu yang hingga sampai saat ini dipegang.

Posting Komentar

0 Komentar