Part V
Minggu lalu tepatnya diakhir agustus, kekacauan pun kembali terjadi. Apalagi kalau bukan permasalahan persetujuan approval kualitas barang, kala itu menjadi deadline terakhir bagaimana caranya part harus benar-benar sesuai dengan keinginan customer, ya keinginannya.
Secara data, part kami kadang bisa mencapai seratus persen akurasi, kadang juga turun namun tidak kurang dari sembilan puluh lima persen. Part itu tidak selamanya seratus persen, namun kadang kala bisa turun, namun secara fungsi tidak bermasalah sama sekali, yes perusahaan dimana customer kami tentu bisa membuat part dengan layak.
Namun sekali lagi, ini merupakan keinginan si Staff ini, hingga dalam dua minggu terakhir kami dibuatnya kesal sekali, bagaimana tidak, hampir seminggu sekali berkunjung ke kantor dan tentu ini mengganggu aktifitas kami yang seharusnya ada kegiatan lain.
Hingga mencapai puncaknya yakni pada hari kamis, mereka benar-benar seperti mengerjai kami disini. padahal hanya satu poin saja yang tidak memenuhi apa yang dimaunya, dan sekali lagi secara fungsi itu tidak akan berpengaruh sama sekali, yes TIDAK SAMA SEKALI.
kami juga diawasi oleh expat jepang baik itu dari customer maupun dari internal, sehari sebelumnya general manager juga president direktur kami mengatakan bahwa poin yang tidak bagus itu hanya melebihi nol koma satu milimeter saja, itu seharusnya oke, mereka bilang sambil sedikit rasa emosi.
Pada pagi harinya saya pikir GM dan presdir ini akan bernegosiasi bahwa mereka harus menerima barang kita terlebih dahulu, sembari berjalan kami tetap perbaikan. Namun yang terjadi ialah presdir berkata bahwa jika ada apa-apa atau ingin apa, silakan saja bicarakan, kami semua akan support.
Saat itu juga saya tersontak kaget, mengapa dia berkata seperti itu, malam tadi mereka emosi dengan kelakuan customer, tapi dihadapan customer seperti menjilat kembali ludahnya. Sejak dari pernyataan itu, customer ini serasa menjadi raja yang disuguhkan keinginan yang tak terbatas.
Semalam suntuk hingga setengah dua pagi, kami terus berglut dengan pekerjaan dan pembahasan yang tak berujung, setting kembali barang hingga mendapatkan kuliatas apa yang mereka inginkan, bukan perusahaan dimana mereka bekerja inginkan.
Kesalnya juga bukan hanya terpaku pada customer ini, namun pada expat jepang kami yang hanya melihat kami sibuk dengan keinginan customer, tanpa ada masukan sedikitpun. Pikir saya, mengapa tidak jepang ke jepang saja bernegosiasi, malah kami yang menjadi korban. Apakah mereka sadar kami tengah bekerja semalam suntuk, bahkan bukan hari ini saja, tapi sudah hampir seminggu.
Saat itu pula saya terus berusaha agar tidak terpancing emosi dengan keadaan, siapa lagi yang tidak terpancing emosi, sedang capek-capeknya, masih tetap disalahkan atasan. Uuugghhh rasanya ingin sekali menendang meja meeting, tapi saat pikiran emosi, saya teringat pada komitmen diri agar tidak tersulut emosi.
Untung saja team kami selalu sabar dengan keadaan ini, ahh ataupun mungkin terlalu sabar sehingga bisa diinjak-injak orang lain. Jika saya lebih bukan sabar, namun tidak peduli dengan keadaan, mau barangnya oke ataupun tidak, saya tidak peduli, yang terpenting saya telah bekerja semaksimal mungkin sesuai dengan keahlian yang ada, tidak dipaksa-paksakan.
Satu lagi, entah mengapa saya sangat benci dengan Big shaw dan partnernya itu, serasa ingin melemparnya dengan kekuatan tenaga dalam sehingga tak ada oran yang tau bahwa saya yang melakukannya, datang dengan gaya tak berdosa dan dengan konsep subjektifnya. Euugghhh.... Sampai kapan ya tuhan bertemu dengan orang-orang itu. Sabar, sabar mungkin itu yang bisa saya tahan.
Baca Juga : Tiba-tiba Kesel sama Customer yang seenak dewek Ngebossy
0 Komentar