Part I
Tepatnya kemarin, saat itu saya yang posisinya hanya sebagai Staff engineering di minta untuk ikut meeting mingguan dengan para manager perusahaan bersama dengan presiden direktur. Entah mengapa saya selalu diajak oleh atasan yang menjabat sebagai senior manager, padahal saya selalu laporan dan seharusnya beliaulah yang melaporkannya secara langsung kepada presdir (presiden direktur).
Saya tidak apa jika harus lapor secara langsung, namun karena meeting itu memakan waktu 2 jam dan dilakukan seminggu tiga kali, rasanya waktu habis dan pekerjaan sebagai staff terbengkalai sudah, dan disini saya juga seperti berperan sebagai supervisor sih.
Perusahaan dimana saya bekerja terbilang cukup besar, memproduksi spare part kendaraan roda empat dan di supplay kepada customer utamanya yakni 'M', namun akhir-akhir ini saya perhatikan banyak sekali kecurangan yang dilakukan oleh beberapa orang yang tentu merugikan perusahaan.
![]() |
Photo by Taras Chernus on Unsplash |
salah satunya mendatangkan maker yang kurang kompeten dan saya tahu ada perjanjian diluar pekerjaan yang membuat perusahaan merugi, apalagi kalau bukan sebuah komisi dari hasil membeli suatu barang. Misal departemen terkait membeli barang A dan mencari beberapa maker, dimana departemen terkait ini membuat kesepakatan jika membeli barang A di maker B, maka harus ada komisinya, sebagai bentuk dari departemen terkait ini memberikan pekerjaan ke maker B. Sungguh seperti ini pasti ada di hampir semua perusahaan di Indonesia.
Maker = Suatu perusahaan yang bisa membuat barang tertentu sesuai dengan permintaan design pemesan
Ini terjadi pada departemen dimana saya berada, yaa siapa lagi kalau bukan atasan sendiri. Saya tak habis pikir atasan berbuat seperti ini, dan ini berlangsung bertahun tahun, walaupun tak ada bukti secara tertulis, tapi saya mendapatkan informasi dari salah satu maker yang mengatakan bahwa beliau meminta uang secara terang terangan atas terpilihnya maker bekerjasama dengan perusahaan dimana saya bekerja.
Dan bukan curiga lagi, tapi memang benar sekali selalu ada perjanjian tak tertulis yang merugikan perusahaan, saya secara pribadi sangat tidak mempermasalahkan hal tersebut, toh itu dosa dia, itu resiko dia jika suatu saat terbongkar. Tapi, satu hal yang merugikan saya sebagai pekerja, terlebih anak buah beliau adalah pekerjaan si maker itu amburadul, sehingga membuat pekerjaan saya semakin menumpuk dan tak kunjung selesai.
Sebagai contoh, ada sebuah proyek dari perusahaan dan dari departemen purchase harus mencari maker yang bisa membuat design tertentu, nah disini atasan saya berperan, karena dia lah yang berhak juga memilih kualitas maker, sampai titik ini saya masih setuju, tapi karena si bos ini ingin mendapatkan komisi maka dicarilah yang bisa diajak bekerja sama agar komisi ini cair, dan tanpa memperhatikan kualitas makernya, tak peduli dengan seberapa kompetenkah si maker ini.
Dari sinilah proyek perusahaan saya bilang merugi dan kacau, bagaimana tidak, barang yang dibuat si maker ini terkesan asal-asalan dan asal jadi, sehingga tak mempertiakan kualitasnya, saya sebagai orang engineering pun menjadi orang utama yang disalahkan oleh customer perusahaan, padahal jelas jelas dalam pemilihan maker tidak ikut serta dan bahkan tak di ikut sertakan.
Proyek barang ini yang harusnya selesai dalam hitungan dua bulan, sampai setahun ini masih berantakan karena banyak yang harus diperbaiki, dan itu terus terusan tak henti diperbaiki karena design yang tak bagus juga kompetensi si maker yang rendah.
BERDEBAT DENGAN ATASAN DIHADAPAN PRESDIR
Saking muak nya, akhirnya saya pun buka suara di forum meeting manager, yang sebetulnya saya seorang staff satu-satunya yang ikut dalam meeting ini dan tergolong paling muda diantara semuanya, jika seorang manager berumur diatas 40th, maka saya satu-satunya yang masih dibawah 30th.
Tanpa basa basi saya mengatakan yang sejujurnya ke presdir bahwa kita menerima barang yang tidak bagus dari maker A,B,C,D dst, karena memang tidak hanya satu maker saja yang tidak bagus. Saya jelaskan bagaimana maker ini tidak bagus beserta buktinya, dan saya jelaskan juga bahwa ini menghambat pekerjaan team dilapangan, yang seharusnya selesai dalam waktu singkat tapi kenyataannya tak kunjung selesai. yaa kita rugi waktu dan uang.
Dari manager purchase menulis semua maker di papan tulis, dan mencoret beberapa yang sebenarnya itu request dari departemen engineering, namun saya tambahkan beberapa maker yang terbukti tidak kompeten. Disitulah perdebatan terjadi antara saya dengan atasan.
saya kira atasan akan sepihak dengan saya, namun dia membela maker dengan dalih ada hal lain yang menurutnya tidak beres juga, jadi tidak semua kesalahan ada di maker sepenuhnya, tapi saya memiliki bukti yang kuat dari pada apa yang dia sampaikan. Sampai terdengar nada emosi dari perkatannya itu yang saya rasa kok dia lebih membela makernya di banding saya sebagai anak buahnya yang selama ini bekerja di lapangan sangat tahu bagaimana kondisinya.
Jujur disini saya sangat amat kecewa, apakah dengan membela maker dia bisa mempertahankan makernya, saya jamin tidak akan, saya tak takut maju melawan ketidak jujuran diperusahaan ini, saya berani maju karena saya benar dan memiliki bukti.
Apakah dia tak menyadari apa yang dilakukannya merugikan perusahaan? secara materi juga waktu, dan hal yang membuat kecewa adalah seketika saya menjadi musuh beberapa supervisor dan manager, apa yang saya katakan adalah hal yang telah terjadi diperusahaan ini, kenyataannya seperti ini, apakah saya salah mengatakan seperti itu, saya khawatir masa depan perusahaan ditangan mereka yang mementingkan kepentingan pribadi, efeknya akan terasa suatu saat, dan dia tak berpikir bagaimana efeknya terhadap ratusan karyawan yang bergantung mencari rejeki di perusahaan ini.
Jika suatu saat collaps dan beberapa karyawan menjadi harus di PHK, apakah mereka-mereka ini tak memiliki perasaan? jujur baru pertama kali saya menulis ini dengan penuh rasa emosi dan menguras pikiran. Saya selalu berdoa, sadarkanlah mereka ya Allah, tunjukan kuasamu.
0 Komentar